Kiat Sukses Pemasaran di Indonesia Tahun 2011: 9 Strategi Generik
Tahun 2011 adalah tahun cantik dalam sejarah. Jika diperhatikan dengan seksama, 2011 adalah tahun pertama di dekade kedua dalam milenium ketiga menurut kalender Masehi. Di Indonesia sendiri, 2011 akan tercatat dalam tonggak sejarah pemasaran. Pasalnya, perilaku konsumen akan berubah drastis menjadi lebih konsumtif baik karena didorong oleh semakin meningkatnya kesejahteraan (GDP per kapita mencapai USD 3000) maupun semakin banyaknya pendekatan pemasaran yang memicu konsumsi.Apa saja yang akan terjadi di tahun 2011 yang menarik bagi pemasar? Di MarkPlus, kami melihat Indonesia akan semakin merasakan tren 3C: semakin connected-nya masyarakat Indonesia karena dorongan teknologi, semakin credible-nya posisi Indonesia di dunia, dan semakin creative-nya pasar Indonesia. Di artikel ini, kami akan berfokus pada pergeseran pasar Indonesia menjadi semakin kreatif karena dominasi pasar urban, middle class, dan youth-women-netizen dan strategi generik yang dibutuhkan perusahan di tahun 2011. Pertama, simak tren perubahan pasar hasil pantauan MarkPlus Consulting berikut.
TREN PERUBAHAN PASAR
Urban Movement
Diestimasi di akhir tahun 2010, sudah separuh lebih penduduk Indonesia menghuni daerah urban. Ini menjadi titik balik dari kondisi dalam lima tahun terakhir di mana penduduk pedesaan masih sedikit lebih banyak dari penduduk perkotaan. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) pernah memprediksi bahwa dengan tren sekarang, di tahun 2025 sekitar 68% penduduk akan bermukim di daerah perkotaan. Karena itu tidak berlebihan jika MarkPlus Consulting menyoroti tren urban movement di 2011.
Perpindahan menuju daerah perkotaan mempunyai banyak implikasi bagi psikografi dan perilaku konsumen. Pertama, pengeluaran konsumen cenderung akan meningkat karena biaya hidup dan pola konsumsi yang meningkat. Karena Social Economic Status (SES) dan posisi konsumen dalam piramida perekonomian di Indonesia ditentukan berdasarkan tingkat pengeluarannya, kita akan melihat perpindahan konsumen dari bawah piramida ke tingkat yang lebih tinggi.
Seperti apa gaya hidup masyarakat baru penghuni perkotaan?
Yang pasti, mereka mempunyai gaya hidup yang serba cepat. Karena itu mobilitas menjadi penting. Telepon genggam, kerap dengan mobile internet, wajib dibawa. Bahkan, urban consumer di tingkat teratas juga sering membawa gadget pelengkap seperti netbook atau tablet. Mereka biasanya mempunyai kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat tergantung daya belinya. Seringkali, mereka mengandalkan pembayaran dengan kartu kredit atau debit dan jarang sekali membawa uang tunai yang terlalu banyak. Karena mereka tinggal di perkotaan dengan begitu banyak penawaran pemasaran, mereka menjadi terbiasa memproses informasi dengan cepat, baik yang dibaca melalui televisi atau media lainnya. Karena itu, semakin sulit dicerna, semakin diabaikanlah konten dari suatu informasi.
Selain itu, gaya hidup dan fashion mereka sangat terpengaruh dunia luar. Area mal dan kafe luar ruang menjadi menarik karena ini menjadi sumber referensi mereka terhadap tren yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Terutama di Indonesia dan Asia pada umumnya, konsumen masih sangat tergantung pada opini publik. Semua yang terlihat menjadi tren akan menjadi tren yang sesungguhnya karena banyaknya konsumen yang mendukung.
Middle Class Emergence
Middle class boleh didefinisikan secara sederhana sebagai orang yang sudah berada di atas garis kemiskinan sehingga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Mereka tidak lagi berjuang untuk hidup dan sekitar sepertiga penghasilan mereka, menurut The Economist, adalah untuk discretionary spending atau pengeluaran non-wajib. Karena itu, mereka mampu membeli barang-barang kebutuhan non-pokok.
Menurut riset Asian Development Bank (ADB) di 80 negara, middle class secara umum lebih progresif pemikirannya dibandingkan lower class karena mereka mempunyai kesempatan untuk berpikir di luar pemenuhan kebutuhan pokok. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap kompetisi di pasar, kesetaraan gender, peluang peningkatan pendapatan, aktivitas politik, dan teknologi. Karena mereka menyadari bahwa mungkin untuk naik ke SES yang lebih tinggi, secara umum mereka merupakan pekerja keras dan bahkan mempunyai jiwa kewirausahaan yang tinggi.
Data resmi BPS terakhir menunjukkan bahwa tahun 2009, ada sekitar 93 juta middle class di Indonesia atau 43% dari total penduduk Indonesia. Di tahun 2011, jumlahnya diprediksi meningkat 1-2 juta jiwa seiring tren semakin kecilnya penduduk di bawah garis kemiskinan. Mereka cenderung bekerja di sektor keuangan, jasa, perdagangan, dan manufaktur. Mereka jarang sekali bekerja di sektor pertanian dan konstruksi. Bahkan sepertiga dari mereka lulusan S1. Karena pemikirannya yang lebih terbuka dan daya belinya yang cukup besar, middle class Indonesia ini menjadi potensi pasar yang menarik di tahun 2011.
Jika ditelaah dari contoh-contoh kasus negara lain yang lebih dulu mengalami peningkatan jumlah middle class, implikasi dari tumbuhnya segmen pasar ini biasanya langsung terlihat dari penjualan consumer durables yang melonjak naik. Di Indonesia, consumer durables yang paling populer tentu saja adalah telepon genggam yang penetrasinya sudah mencapai sekitar 60%. Penjualan kendaraan bermotor juga akan meningkat. Seperti diprediksi sebelumnya, 825 ribu mobil and 8 juta motor akan terjual di tahun 2011. Selain itu, akan semakin banyak bermunculan wirausahawan-wirausahawan baru di berbagai sektor. Di sektor korporasi, akan semakin bermunculan inovasi-inovasi produk baru yang berusaha menjangkau segmen ini dengan harga yang sesuai dengan daya beli mereka. Karena segmen ini kebanyakan berpendidikan, tuntutan mereka terhadap pelayanan semakin besar. Secara keseluruhan, karena konsumsi segmen ini akan meningkat tajam, perekonomian Indonesia yang dimotori konsumsi akan semakin besar.
Akan tetapi, ada konsekuensi negatif dari berkembangnya segmen ini. Pertama, daya dukung lingkungan akan semakin terbatas mengingat penggunaan energi oleh segmen ini cukup besar. Umumnya, sebagai tren penyeimbang, akan bermunculanlah green technology seperti yang sebelumnya dibahas. Kedua, pada umumnya di negara yang tumbuh middle class-nya, masalah kesehatan seperti kegemukan mulai muncul. Ini karena gaya hidup segmen ini yang mulai menjurus tidak sehat layaknya seperti di negara-negara maju.
Youth-Women-Netizen Supremacy
Di awal tahun 2010, MarkPlus Consulting memprediksi munculnya tiga sub-culture baru: Youth, Women, Netizen. Sepanjang tahun, kami terus mengamati perilaku ketiganya melalui berbagai riset lapangan bekerja sama dengan MarkPlus Insight. Temuan kami semakin mengkonfirmasi pentingnya 3 sub-culture ini akan terus berlanjut di tahun 2011.
Sekitar 40% Youth—konsumen usia 14 sampai 35—lebih berani mencoba produk baru dan sekitar 60% menggunakan new media. Pemasar yang berniat menelurkan produk atau kampanye pemasaran baru di tahun 2011 wajib memperhatikan secara seksama Youth sub-culture. Segmen ini juga mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dalam komunitasnya di antaranya dalam hal olahraga dan musik. Tidak seperti segmen lainnya, media yang paling sering diakses adalah internet. Penggunaan media internet oleh Youth bahkan mengalahkan penggunaan media televisi oleh konsumen pada umumnya. Selain idealis, segmen ini di Indonesia sangat berorientasi pada prestasi. Ini terlihat dari pola pikir mereka yang sangat takut gagal dalam sekolah dan karir.
Untuk segmen Women, kami menemukan bahwa lebih dari 80% segmen ini di Indonesia memegang kontrol keuangan rumah tangga. Women menentukan apakah harga sebuah produk terjangkau atau sesuai dengan kualitas atau malah terlalu mahal. Pemasar yang merencanakan penetapan harga baru di tahun 2011 mesti memeriksa persepsi Women terhadap harga tersebut. Seperti lazim diketahui, Women juga kerap menjadi pembuat keputusan untuk pembelian dalam rumah tangga karena kecenderungan mereka yang peduli tidak hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga terhadap keluarga. Sekitar 48% dari mereka membeli produk untuk suami dan 48% dari mereka juga membeli produk untuk orangtua mereka. Ada 35% yang membeli untuk anak-anak dan 20% untuk saudara laki-laki atau perempuannya.
Netizen yang didefinisikan sebagai konsumen yang aktif di dunia maya juga sangat penting peranannya dalam dunia pemasaran. Di Indonesia, saat ini 1 dari 3 keluarga di perkotaan mempunyai akses internet. Delapan dari 10 pengguna telepon genggam menggunakannya untuk internet. Sembilan dari 10 pengguna internet mempunyai Facebook account. Sekitar 40% Netizen membicarakan (mempromosikan atau mengkritik) produk-produk yang mereka ingin beli atau sedang gunakan di internet. Untuk bisa dibicarakan secara positif di dunia maya yang semakin menjadi sumber informasi konsumen, pemasar perlu mengawasi pembicaraan yang terjadi di antara Netizen.
Melihat dari karakteristik masing-masing sub-culture, jika komunitas konsumen diibaratkan sebagai sebuah perusahaan, Youth akan menjadi Chief Innovation Officer, Women akan menjadi Chief Financial Officer, dan Netizen akan menjadi Chief Marketing Officer. Sebagai tiga sub-culture yang paling berpengaruh setahun terakhir, mereka akan semakin penting bagi setiap pemasar di tahun 2011. Jika tahun 2010 adalah tahun youth-women-netizen emergence, tahun 2011 adalah tahun youth-women-netizen supremacy.
STRATEGI PEMASARAN GENERIK DI TAHUN 2011
Untuk bisa sukses memanfaatkan tren di 2011, pemasar sebaiknya menjalankan sembilan strategi generik.
Strategi #1: Fokus pada Youth, Women, dan Netizen Sub-Cultures
Untuk memenangkan persaingan memperebutkan ketiga sub-culture penting ini, pemasar perlu jeli memahami perilaku mereka. Karena Youth sangat terbuka terhadap new media, pemasar perlu “nyambung” dengan mereka melalui social media. Masuklah ke dalam komunitas mereka dan aktiflah memulai percakapan yang relevan dengan dunia mereka. Ciptakanlah kedekatan antara merek yang Anda miliki dengan hasrat dan kegelisahan mereka. Menurut hasil riset, kegelisahan mereka berpusat pada pencapaian prestasi dan ketakutan gagal baik di dunia sekolah maupun karir. Terakhir, beri mereka empowerment dan libatkanlah mereka dalam kegiatan pembuatan produk atau pemasaran produk Anda. Tumbuhkan kepercayaan diri mereka dan merek Anda akan menjadi merek pilihan.
Untuk menarik hati Women, kepercayaan adalah segalanya. Ingat bahwa mereka adalah pintu gerbang pemasaran kepada keluarga mereka. Karena mereka sangat peduli terhadap well-being keluarga, sangatlah penting menjaga kepercayaan mereka terhadap merek Anda. Tawarkan sesuatu yang bisa membuat mereka merasa aman dan nyaman meneruskan suatu merek Anda ke keluarga mereka. Eksklusivitas juga sangat penting bagi wanita. Tidak heran, mereka paling anti memakai baju yang sama dengan wanita lainnya. Tawarkan sesuatu yang eksklusif, mereka akan memilih merek Anda dibandingkan kompetitor. Selain itu, mereka adalah orang pertama yang mengikuti tren gaya hidup. Bantu mereka mengikuti tren dengan update rutin yang ada hubungannya dengan industri Anda, maka mereka akan merasa lebih dekat dengan Anda.
Netizen terkenal suka melakukan conversation di dunia maya. Pendekatan pemasaran yang akan membantu Anda memikat mereka di tahun 2011 adalah penciptaan jalur bagi mereka berinteraksi dengan merek Anda. Selain itu, buatlah satu forum atau jaringan sehingga mereka bisa berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, Netizen terkenal sangat suka dengan gadget. Buatlah diri Anda mudah untuk diakses melalui gadget mereka baik telepon genggam, tablet, netbook, ataupun laptop. Membuat aplikasi yang menghubungkan Anda dengan mereka adalah kunci memenangkan pasar Netizen.
Strategi #2: Bersiaplah untuk digital interactivity
Teknologi hanya akan menjadi semakin murah di tahun-tahun mendatang. Pasar telepon genggam Indonesia yang dulu sangat senang dengan model candy-bar sekarang mulai beralih ke model QWERTY yang identik dengan smartphone. Telepon genggam murah yang “semi-smart” malah juga makin mengarah ke QWERTY. Walaupun banyak pengguna telepon genggam yang belum menyadari bahwa mereka menggunakan internet, mereka faktanya sudah mengakses facebook dan twitter yang notabene perlu akses internet. Ini menjadi indikasi semakin smart-nya pengguna telepon genggam di Indonesia dan semakin siapnya konsumen menerima interaksi berbasis teknologi.
Seiring dengan semakin terhubungnya konsumen melalui internet baik melalui telepon genggam dan komputer, kemampuan untuk bisa berinteraksi dengan merek atau perusahaan berpotensi menjadi diferensiasi yang kokoh. Di tahun 2011, interaksi screen-to-face akan semakin menggantikan interaksi face-to-face. Interaksi digital seperti ini sejatinya dibutuhkan untuk komunikasi pemasaran dan pelayanan konsumen yang “always on”.
Faktanya, Indonesia memiliki jumlah kedua terbanyak pengguna facebook dengan lebih dari 31 juta pengguna. Indonesia juga memiliki share of tweets ketiga terbesar di dunia dengan 12% share. Pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia tertinggi di Asia. Di Indonesia, gadget teranyar seperti tablet seringkali laku keras. Dikabarkan di 2011, tablet murah akan semakin banyak beredar seiring dengan munculnya sistem operasi Android 3.0 yang lebih “layak” untuk tablet.
Telkom kabarnya siap meluncurkan IPTV atau layanan televisi on-demand melalui jaringan internet broadband di awal tahun 2011 setelah uji coba di akhir tahun ini. Tidak seperti TV biasa, interaksi antara pihak yang menyiarkan konten dengan penonton bisa dilakukan 2 arah. Meski masih jauh untuk menjadi mainstream, tren mengarah ke sana seharusnya membangunkan dan menyadarkan para pemasar untuk mulai memikirkan interaksi digital dengan konsumen sambil menunggu infrastruktur siap.
Strategi #3: Promosikan urban lifestyle
Penduduk perkotaan cenderung dinamis sehingga segala macam gadget dan produk lain yang bisa memfasilitasi mereka hidup on-the-go akan menjadi incaran di tahun 2011. Tren menuju cashless society di mana orang tidak lagi terlalu banyak membawa uang tunai dan melakukan transaksi secara elektronik mungkin tidak terlalu lama lagi akan terealisasi. Bukan hanya kartu kredit dan debit atau contactless card yang menjadi mainstream, tetapi juga e-payment gateway yang sebentar lagi siap memfasilitasi transaksi online. Orang akan lebih banyak menggunakan telpon genggamnya untuk akses internet atau telpon demi pesan-antar produk yang diinginkan.
Konsumen perkotaan membelanjakan uangnya sebagian besar untuk tiga hal: fashion, entertainment, dan socialization. Karena itu, pemasar yang “membungkus” mereknya dengan kemasan ketiga elemen ini akan meraih sukses di 2011. Konsumen perkotaan sebagian besar juga ingin “terlihat” dengan sesuatu yang keren. Terkait dengan itu, konsumen perkotaan mempunyai kebiasaan mengikuti tren yang sedang hangat. Umumnya, mereka membaca tren tersebut dari observasi, media, atau mendengar dari teman-teman mereka. Dekatkan merek Anda dengan tren gaya hidup yang sedang berkembang atau bahkan ciptakan tren baru.
Meski orang kota sering dianggap individualis, mereka pada kenyataannya sangat peduli terhadap pendapat orang lain and suka berkumpul dengan kelompoknya. Kunci dari memenangkan konsumen perkotaan adalah dengan menciptakan persepsi populer. Jika merek Anda dipersepsi digunakan banyak orang, maka besar kemungkinan merek Anda akan benar-benar digunakan banyak orang.
Strategi #4: Gunakan konten dan konteks lokal
Tahun 2011, Indonesia akan diserbu banyak pemain luar. Pemain-pemain luar ini bahkan dengan cerdik berhasil menggandeng partner lokal agar sesuai dengan selera konsumen dan mempermudah akses. Jika pemain luar saja berusaha memperhatikan kelokalannya, mengapa pemain dalam negeri tidak memperkuat diri dengan konten dan kemasan pemasaran lokal? Selain lebih murah biayanya, elemen lokal juga mampu menjadi daya tarik.
Di tahun 2010, kita melihat bahwa batik menjadi mainstream setelah didorong perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir. Nasionalitas menjadi bagian besar dari masuknya elemen lokal dalam produk dalam negeri. Ini bisa dianggap kesuksesan konten dan konteks lokal. Di tahun 2011, konten dan konteks lokal tidak lagi semata-mata kemasan melainkan bisa menjadi diferensiasi yang kuat. Gerakan menuju ke arah sana sudah mulai akhir-akhir ini. Merek telepon genggam produksi China, misalnya, diisi dengan konten lokal supaya membedakan dengan merek lain yang mungkin dari pabrikan yang sama. Ada yang diisi dengan lagu, permainan interaktif, dan lain-lain.
Indonesia sebagai negara yang kaya budaya menyimpan banyak konten dan konteks lokal yang belum terbayangkan oleh para pemasar. Cita rasa, aroma, musik, kartun, sapaan khas, budaya daerah, dan lain sebagainya, patut dieksplorasi untuk menciptakan diferensiasi yang kuat.
Strategi #5: Pertimbangkan channel mobility
Dinamisnya konsumen Indonesia memaksa munculnya channel gaya baru. Akhir-akhir, kita bahkan mulai melihat bagaimana konsumen berwirausaha dengan berjualan melalui facebook atau Blackberry Messenger Group. Tren ini bukan hanya tren kewirausahaan melalui internet melainkan gejala bahwa konsumen menginginkan channel yang lebih mobile terkait penyediaan produk dan layanan. Di negara berkembang yang pasarnya bergerak menjadi semakin kreatif, fenomena ini sudah biasa ditemui. India yang sudah duluan mengalaminya bisa dijadikan acuan. Awalnya, teknologi hanya menjadi konsumsi. Selanjutnya, konsumen mulai melihat peluang usaha dengan teknologi. Akhirnya, mereka menjadi terbiasa melakukan transaksi melalui channel yang berbasis teknologi.
Di tahun 2011 dengan rencana dibangunnya e-payment gateway, transaksi jual beli bisa menjadi semakin lancar. Saat ini, hanya sekitar 6% pengguna internet yang pernah melakukan transaksi online. Akan tetapi, angka ini diprediksi akan semakin besar di tahun 2011. Buktinya, pemain asing di dunia penjualan online pun tidak sungkan lagi menyerbu Indonesia. Rakuten.com, pemain e-commerce terbesar asal Jepang yang menjalin kerjasama dengan partner lokal siap diluncurkan di Indonesia tahun 2011. Gosipnya, ada juga produsen fast moving consumer goods yang juga siap membangun online store dengan didukung sebuah bank untuk e-payment gateway.
Strategi #6: Tawarkan affordable luxury
Pengalaman membuktikan trading up selalu muncul secara dominan di negara-negara dengan perkembangan populasi middle class yang pesat. Fenomena ini tercatat sebagai pola konsumen middle class yang sering membeli produk dengan harga yang lebih mahal karena aspirasi mereka. Mereka sering memotong pengeluaran yang sekadar fungsional hanya untuk membeli produk affordable luxury yang bagi mereka lebih penting. Syaratnya cuma satu: harganya terjangkau baik dengan pembelian eceran atau dengan fasilitas pembiayaan. Indonesia bukan pengecualian. Ini sejalan dengan saran Faisal Basri yang menyebut percuma pemasar Indonesia menarget pasar bawah dengan barang-barang murah yang fungsional karena yang ada di middle class justru “naik kelas” dalam pembeliannya. Lebih baik menawarkan affordable luxury. Bahkan affordable luxury tidak hanya menarik middle class ke atas tetapi juga menarik upper class ke bawah.
Mobil murah di bawah Rp 75 juta, misalnya, tidak ketinggalan akan turut meramaikan ranah pemasaran di perkotaan di 2011. Penghuni perkotaan yang baru berdatangan akan membutuhkan transportasi yang terjangkau. Kabarnya, partisipasi Toyota, Daihatsu, dan Suzuki merealisasikan mimpi pengguna mobil pertama kali ini sudah hampir pasti. Di atasnya, ada mobil-mobil mungil yang dibanderol antara Rp 110-120 juta seperti Toyota Etios atau Honda Brio yang mampu membuat konsumen perkotaan tampil gaya. Meski belum pasti akan masuk Indonesia, mobil-mobil ini siap jual di tahun 2011.
Strategi #7: Bangun identity personification
Tren lain yang semakin jelas sejak setahun terakhir adalah pergerakan menuju pembangunan merek dengan personifikasi yang lebih realistis. Dalam beberapa tahun terakhir, kampanye pemasaran seringkali penuh hiperbola dan terkesan dibuat-buat. Konsumen mulai merasa gerah dengan terlalu banyaknya komunikasi hiperbola yang diterimanya. Jika segala sesuatu mulai berlebihan, sesuatu yang pas menjadi sesuatu yang unik. Karenanya, beberapa agensi periklanan di Indonesia mulai beralih ke gaya iklan yang lebih realistis yang dianggap lebih efektif menarik konsumen di tahun 2011. Di media televisi, kita semakin melihat program yang mengedepankan realitas mulai mengimbangi tayangan yang hiperbola. Ini juga sinyal akan semakin pentingnya otentisitas.
Langkah ini merupakan langkah awal membangun merek yang berkarakter. Ini juga sisi lain dari kiat pemasaran di tahun 2011. Meski pemasar harus menawarkan konsep yang penuh dengan aspirasi dan gaya hidup baru kepada middle class dan urbanite baru, konsep tersebut harus tetap menjunjung tinggi idealisme dan menghindari rekayasa agar bisa bertahan lama. Idealisme di sini berarti, misalnya, jika kita menawarkan affordable luxury, memang produk yang kita hasilkan berkualitas tinggi dan kita berusaha yang terbaik agar banyak orang mampu secara finansial membeli produk tersebut.
Strategi #8: Lakukan proactive engagement
Konsep customer service akan tergantikan oleh konsep customer care di 2011. Pelayanan yang hanya reaktif terhadap komplain tidak lagi dapat membendung diskusi negatif tentang merek Anda. Ingat bahwa konsumen urban dan middle class lebih punya ekspektasi tinggi terhadap pelayanan. Lebih lagi, konsumen yang bersinar di 2011, youth-women-netizen, saling terhubung satu sama lain melalui komunitas. Pembicaraan negatif akan sampai ke telinga mereka dengan cepat. Pendekatan yang lebih cocok adalah care yang lebih proaktif dengan mencari tahu kegelisahan dan hasrat konsumen sebelum mereka kecewa. Pendekatan ini juga lebih tidak buru-buru dalam menyelesaikan masalah karena pemasar diharapkan meluangkan waktu untuk mendengarkan dan merangkul konsumen.
Pendekatan yang seperti ini jika dilakukan dengan sumber daya manusia saja memang sangat sulit dan mahal. Makanya, strategi ini patut digabungkan dengan digital interactivity yang siap memfasilitasi hubungan dua arah dengan konsumen. Di perbankan sendiri, bank-bank di Indonesia sedang bergerak dari transactional banking ke arah relationship banking yang lebih proaktif. Pastinya, di tahun 2011, peta persaingan akan ditentukan oleh siapa yang lebih proaktif dalam menjaga hubungan dengan nasabahnya mengingat sebagian besar nasabah menggunakan lebih dari satu bank dalam hal transaksi.
Strategi #9: Manfaatkan shared resources
Mengapa tiba-tiba pemanfaatan sumber daya secara optimal menjadi penting di tahun 2011? Belajar dari pengalaman negara-negara yang mengalami pertumbuhan tinggi secara konstan seperti Indonesia, tren seperti urbanisasi dan peningkatan middle class selalu menyimpan tantangan tersendiri. Umumnya, tantangannya terkait masalah sumber daya yang belum siap mendukung tren tersebut. Konkretnya secara makro, penjualan mobil yang semakin besar, misalnya, akan perlu infrastruktur jalan yang lebih mendukung. Di perusahaan, langkah melayani pasar yang lebih besar akan memaksa perusahaan untuk terus tumbuh dalam hal sumber daya. Perusahaan yang tumbuh tidak efisien biasanya meninggalkan masalah jangka panjang.
Secara internal, perusahaan harus mampu membangun sinergi antara unit bisnis dan menghilangkan silo-silo antar divisi jika ingin mempersiapkan diri bersaing di 2011-2015 menjelang integrasi ASEAN. Secara eksternal, shared resources berarti co-opetition antar perusahaan, yang akan semakin penting di 2011. Jika perusahaan ingin mengoptimalkan manfaat yang didapat dari perekonomian Indonesia yang tumbuh, kolaborasi menjadi keharusan. Cara efektif adalah dengan membuat platform baik aset infrastruktur yang dapat digunakan bersama oleh berbagai perusahaan di satu industri atau dengan membangun standar industri. Ambil contoh bank-bank syariah yang berencana di 2011 untuk bekerja sama satu sama lain dan bahkan berkolaborasi dengan bank-bank konvensional dalam memasarkan produk-produk mereka dengan diinspirasi petunjuk dan anjuran dari Bank Indonesia.
Meski sembilan strategi generik ini disusun secara keseluruhan dan berhubungan satu sama lain, Anda harus membuat keputusan strategi mana yang cocok digunakan di industri Anda dan bagaimana menyesuaikannya ke dalam situasi yang Anda hadapi.
Sumber : http://adproindonesia.wordpress.com/2011/03/01/kiat-sukses-pemasaran-di-indonesia-tahun-2011-9-strategi-generik/
0 comments:
Post a Comment